TraveLive.in Chapter Lombok (Day 1)

 


Hari Pertama. Rabu, 13 Januari 2021

Kami berangkat ber-3 dari Jakarta (Niken, Aknes, Dhinda). Dari sekian banyak yang awalnya tertarik ternyata banyak yang terkendala waktu yang tidak tepat. Akhirnya ada 5 orang yang fix dipesenin hotel di tanggal 1, sayang akhirnya Nana tanggal 4 ngabarin gak dikasih izin cuti dan Vini H-1 keberangkatan ternyata positif Covid-19. Terimakasih untuk semua yang udah tertarik ikut, semoga bisa ketemu lagi di next chapter TraveLive.in.. :)

Kami naik Air Asia yang jam 09.00 pagi, beruntung banget karena katanya semua penerbangan ke LOP dari CGK cancel kecuali penerbangan kami ini. Kami sampai di LOP jam 12:00 dijemput Mas Aldi dari mobillombok.com. Selanjutnya menuju Islamic Center di Mataram untuk Sholat Dzuhur. Masjid Hubbul Wathan ini merupakan masjid terbesar di NTB yang mulai dibangun pada 2010 dan selesai pada 2013. Memiliki 5 menara yang satu diantaranya tingginya 99 meter melambangkan asma’ul husna dan memiliki warna corak khas batik sasambo (suku sasak-samawa-mbojo).

Selanjutnya kami menikmati ayam taliwang lengkap dengan plecing kangkung dan plecing terong di RM Bintaro Jaya. Kami habis 298ribu buat makan berempat. Jadi ayam taliwang ini memang ayamnya kecil, 1 porsi itu 1 ayam harganya 50ribu. Tapi worth it kok, dan dimulailah perjalanan kuliner pedas di Lombok.. XD

Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke Akar-akar, Bayan, Lombok Utara. Perjalanan melalui Pusuk agar menghemat waktu. Di perjalanan mulai hujan, di salah satu tikungan kami melihat monyet-monyet berteduh. Beberapa menggendong anaknya. Lucuuu.. XD

Selanjutnya kami bertemu Febri di Kantor Kepala Desa Sukadana buat bareng-bareng menuju lokasi. Febri ini warga lokal, meski belum ada 2 minggu tinggal di Bayan. Hehe. Jadi febri merupakan CPNS yang bertugas di SDN 6 Akar-akar. Perjalanan menuju ke arah gunung Rinjani sekitar 6km, lanjut sekitar 3km melewati hutan dengan jalanan naik-turun curam. Sepanjang perjalanan kami khawatir di tengah hujan dengan jalanan licin, sempit dan beberapa tempat becek.Tapi Alhamdulillah kami selamat sampai tujuan, meski memaksa Mas Aldi ikut menginap bersama kami. Hehe.

Selamat datang di desa Pawang Tenun. Desa yang katanya letaknya paling dekat ke gunung Rinjani. Sore itu kami berbincang di barugaq sekenam (gazebo 6 tiang) dengan Pak Basith dan Bu Dewi yang merupakan rekan kerja Febri di sekolah. Pawang artinya hutan, tapi di desa tidak ada yang membuat tenun. Pak Basith bercerita bahwa Desa Pawang Tenun mengalamai kerusakan parah saat gempa Lombok 2018 terjadi. Rumah-rumah tembok rusak, namun rumah-rumah kayu malah bertahan. Termasuk rumah yang akan kami tinggali milik Ibu Hastuti mengalami keretakan namun sudah diperbaiki yang istilahnya ‘dijahit’. Tidak sesuai harapan kami untuk tinggal bersama warga karena keterbatasan tempat, jadi rumah merupakan rumah kosong yang terdiri dari 1 kamar tidur yang digunakan tidur kami berempat dan Mas Aldi tidur di Ruang Tamu..

Lokasi rumah tempat tinggal kami tepat di sebelah masjid dan menggunakan fasilitas kamar mandi masjid karena kamar mandi rumah yang kami tinggali masih mengalami kerusakan karena gempa. Saat sholat Maghrib hanya ada 2 jama’ah ditambah kami berlima. Setelah maghrib kami sempat berbincang dengan Bapak Imam yang bercerita bahwa beliau juga pendatang. Kami menikmati makan malam yang sudah disiapkan Bu Hastuti, Ikan goreng, sayur daun kelor dan sambal terasi. Sederhana namun nikmat. Terimakasih Bu Hastuti. Saat sholat Isya hanya ada Bapak Imam dan kami. Selamat malam, mari menyiapkan energi untuk kegiatan esok hari..





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Hewan Laut Yuk (Part 1)

Display Kelas Kami