A Year in Mola, Wakatobi
Cantiknya laut di sekitar Karang Kapota :)
Alhamdulillah, berkat bergabung dengan SGI aku bisa merasakan pengalaman yang luar biasa selama setahun. Ditempatkan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang terkenal sebagai surga nyata bawah laut di pusat segitiga karang dunia. Meski orang bilang di daratnya bagai neraka. Hhe. Tinggal di Mola yang merupakan perkampungan Suku Bajo, menjalani kehidupan yang jauh berbeda dengan yang selama ini pernah ku alami. Tinggal diatas laut, berbaur dengan suku yang sangat identik dengan laut :)
Aku sangat bersyukur manajemen SGI menempatkanku di Mola. Entah dengan pertimbangan apa, mereka menempatkan aku satu-satunya perempuan di 3 lokasi penempatan Suku Bajo. Menurutku sih salah satunya karena aku pernah mengatakan ingin penempatan seperti di Komunitas Orang Rimba, seperti Butet Manurung yang bahkan kisahnya sampai dibukukan dan difilmkan. Yah, Suku Bajo gak kalah serunya dengan Komunitas Orang Rimba lah. Hhe. Aku pernah mengatakan kalau penempatan yang sudah-sudah kurang menantang karena masih bisa akses internet, listrik bagus, dll. Mungkin Suku Bajo secara umum juga masih terbatas untuk fasilitas dan lingkungannya, seperti penempatan dua orang temanku di Pulau Bangko dan Pulau Kaledupa. Nah, kalau di Mola beda, mereka adalah Suku Bajo yang katanya udah modern. Bahkan menurutku, lokasi penempatanku paliiiing menyenangkan :D
Istana anak di depan sekolah :)
SEKOLAH. Sekolahku MIS Mola Selatan. Lokasinya diatas laut, jadi kita bisa nikmatin kencengnya angin dan pemandangan di laut dangkal. Kita bisa lihat ubur-ubur, bintang laut, teripang, dan ikan-ikan kecil yang membentuk formasi di halaman sekolah. Gurunya ada banyak, sekitar 20-an. Jadi aku bener-bener cuman ngisi jam yang emang jadi kewajibanku, jarang banget aku ngisi jam kosong. Waktu lainnya aku bisa manfaatin buat bikin media, RPP atau membaca. Mereka juga pikirannya terbuka, udah ada keinginan untuk memperbaiki kualitas keguruannya. Setiap kegiatan SGI juga selalu mendapat dukungan. Murid juga udah cukup disiplin sekolah dari jam 07.30 sampai 11.20 setiap harinya, meski masih banyak juga siswa yang kerap membolos dan malas. Tapi sekali lagi, kesadaran pendidikan mereka lebih mending daripada Suku Bajo lainnya.
Sunatan keluarga besar Bapak Ismail :)
KELUARGA. Aku tinggal dengan induk semangku yang seorang pengusaha teripang sekaligus pemilik yayasan sekolah. Bapak dan ibuku sangaaaaat baik padaku. Begitupun dengan kakak dan adikku. Tinggal dengan pengusaha teripang membuat pengalamanku semakin beragam. Mulai dari pengetahuan per-teripang-an, mencoba makan berbagai macam biota laut hingga berpetualang ala nelayan. Hhe. Info tentang teripang ak udah tau, macam, harga dan cara mengolah, ini dia peluangku, sebentar kita pikir dulu karena perlu modal besar. Macam-macam hewan laut pernah ak makan, mulai dari yang mahal sampe yang murah, hasil karang maupun pesisir, lengkap dengan segala macam cara memasak atau malah dimakan mentah. Lobster, teripang, gurita, cumi-cumi, belut laut, kerang, siput raksasa, macam-macam ikan pernah ak makan, yang dibakar, direbus, digoreng atau dimakan mentah. Kegiatan nelayan seperti berenang, menyelam, mendayung, memanah, menjaring dan pergi ke karang pun cukup ak amati dan alami dengan baik. Sungguh pengalaman yang gak akan ak dapatkan kalau aku gak tinggal di rumah Bapak Ismail dan Ibu Radiana. Makasih Pak, Bu. Bahkan kemarin bapak-ibu ngirim paket sekitar 10kg-an, isinya teripang susu, teripang buang kulit, kerang abalon, barubba’ sama ikan kakatua yang udah dikeringin. Yah kalau dihitung materi sekitar 3juta-an tapi rasa sayang keluarga di Mola jauuuuuh lebih besar dari itu semua. Niken juga sayaaaang keluarga di Mola, bapak, ibu, Sasa, Sanju, Mama Moza, Bapak Wandi, semuanya dah. Merantaulah, akan kau temukan pengganti teman dan saudara :)
Di pelabuhan, mereka mengantar kepergianku :')
TEMAN-TEMAN. Apa yang membuatku betah di Mola, karena ada teman. Sebelum punya teman ak ngrasa gak betah, tiap libur ak selalu kabur ke darat. Tapi sejak punya teman, ada kegiatanku, hampir jarang banget ak ke darat, mentok di pasar. Hhe. Teman-teman remaja masjid, ak harus banyak berterimakasih sama kalian. Makasih udah menemaniku, bantuin kegiatan, gak akan terlupakan deh. Temen-temen sekaligus tetangga sekaligus sepupu-sepupuku juga yang banyak meluangkan waktu bersamaku, tunggu ak kembali ke Wakatobi. Tanpa teman kalian akan kesepian, maka bertemanlah sebanyak-banyaknya :)
LINGKUNGAN. Lingkunganku sangat menerimaku, menurutku. Mereka ramah, bahkan sampai ak malu saat ternyata banyak orang mengenalku, menyapaku tapi ak gak kenal mereka. Bahkan kata orang hampir semua orang di Mola yang sekitar 8000 orang mengenalku, dan kalau ak ikut nyaleg bakal kepilih. Hha. Ada-ada aja mereka, padahal yang kenal ak mungkin cuman yang rumahnya di sepanjang jalan yang biasa ak lewati. Kemana ak pergi di Mola pasti akan ada yang menyapaku. Anak-anak apalagi, di lorong dekat rumahku bahkan akan terdengar ramai sekali anak-anak memanggilku saat ak lewat, “Kak Niken.. Kak Niken..” anak-anak kecil akan bersahutan memanggilku. Hha. Perangkat desa, orang-orang yang berpengaruh juga cukup menerimaku terlihat dengan penerimaan mereka akan kegiatan yang ak tawarkan. Mereka yang menganggapku baik, mereka yang menganggapku pintar, dan mereka yang menganggapku cantik. Hha. Kalo yang terakhir ini ak sangsi berat. Sikap warga Mola sesuai dengan yang tertera di gerbang “Welcome to Bajo Village” :)
FASILITAS. Listrik 24 jam dan internet yang bisa buat youtube-ing tanpa buffering udah cukup membuatlku bersyukur. Hhe. Air yang meski agak terbatas hanya mengalir 2-3 jam sehari juga masih patut disyukuri daripada pake air kopi kan. Meski ak harus jalan sekitar 20 menit buat ke pasar atau ke darat itu gak masalah. Ongkos buat transport di darat juga cuman murah. Bersyukurlah, maka Allah akan menambah nikmatmu :)
Usai pelatihan untuk guru-guru SMA se-kabupaten Wakatobi :)
PEMDA. Aku, Alan dan Huda adalah yang pertama di Wakatobi dari SGI, wajar kalau di awal kami merasa sedikit mengalami hambatan untuk mendapat dukungan Dinas dan Kemenag. Tapi sebulan terakhir akhirnya 5 pelatihan skala besar bisa terealisasi. 4 pulau terlampaui plus satu pelatihan yang mungkin diatas level kami karena mengisi pelatihan untuk guru SMA se-kabupaten. Media penyiaran Wakatobi TV juga sangat mendukung keberadaan kami. Bonus untukku adalah bertemu bupati dan sempat berbincang sedikit. Sepertinya sekarang Pemda lebih mendukung terlihat sejak dari kedatangan SGI7 sudah mendapat sambutan dari Dinas. Alhamdulillah. SGI7 harus memberikan manfaat yang lebih, semangat!!
Di humalakapala, saat meliput IYF 2014 :)
ALAM. Alam Wakatobi jangan ditanyain lagi. Surga bawah laut di pusat segitiga karang dunia. Katanya Bunaken sama Raja Ampat aja kalah, meski untuk pengelolaan pariwisata masih perlu banyak perbaikan kedepannya. Setiap pantai cantik, bahkan yang cuman di belakang rumah Alan. Hhe. Kalo tempat tinggalku jangan ditanya lagi, tinggal melongok ke depan udah laut. Ke ujung dikit kita udah bisa mancing ikan diantara lamun. Ke pulau sebelah kalau surut udah bisa dapet bulu babi, teripang atau siput. Agak ke tengah laut yang dangkal udah bisa lihat karang karena beningnya air. Ke tengah laut dalam, banyak ikan dan hasil laut lain yang bisa diambil. Ke karang beragam ikan yang berenang diantara karang yang cantik juga banyak. Wakatobi, truely underwater paradise..
Itulah sedikit cerita selama setahun di Wakatobi. Gak akan terlupakan. Kapan lagi si anak Jawa yang tinggal di gunung bisa tinggal sama orang Bajo yang tinggal di atas laut..
Wakatobi kampoah ma rame..
Tika ma Wanci ka kaledupa..
Ta dakau bulu arang kampohta..
Tomia Binongko kasambunganna..
Wakatobi para sama..
Ma Wakatobi takatonang..
Terimakasih mbak atas kunjungan dan kepercayaan nya kepada kampohku Mola. Moga panjang umur bisa berkunjung lagi kesana
BalasHapus