Aku dan Hafidz
Judul yang tendensius. Yah, bukannya itu salah satu trik untuk menarik minat pembaca. Hhe.
Berawal saat masa SMA, ada adik kelas yang ak suka, namanya Hafidz. Bisa ditebak, he is tall, white, skinny and of course wear glasses. Hha. Terus ak baca artikel dengan judul hafidz, ak baru tau hafidz itu artinya penghafal Al Qur’an. Ak lanjut baca artikel itu, tentang motivasi seorang anak untuk menghafal Al Qur’an karena ingin menciptakan istana di surga untuk kedua orang tuanya yang sudah meninggal. Ak pun jadi punya target baru dalam hidupku, menghafal Al Qur’an 30 juz dengan motivasi yang sama dengan si anak di artikel.
Tapi selama SMA, ak hanya mampu menambah beberapa hafalan surat yang agak panjang di juz 30. Saat kuliah pun ak tidak sempat menghafal, yah mungkin karena manajemen waktu dan pergaulanku kurang baik. Hingga akhirnya di tahun 2012 lalu ak bisa menghafal juz 29 dan 30. Target pun ak tambah menjadi hafal Al Qur’an 30 juz sebelum umur 30 tahun (dan hari ini tinggal 4 tahun tersisa). Tapi target itu mulai terlupakan lagi. Hingga akhirnya, akhir Desember lalu salah satu temanku posting program tahfidz untuk anak-anak. Ak menjadi tertarik untuk mencari program serupa tapi untuk dewasa.
Ak pun mendapat info tentang program menghafal Al Qur’an selama 3 bulan di Bandung. Ak nekat mendaftar dan hari ini, 18 Januari 2015 dilakukan seleksi. Hanya seleksi singkat melalui telefon. Setelah menunggu seharian, akhirnya pukul 14.00 ak dihubungi mereka. Ak diminta membaca Surat Thaha ayat 13-16 dan diminta menghafalnya selama 5 menit. Selanjutnya diminta menjelaskan sedikit tentang tauhid. Saat membaca banyak sekali koreksi yang diberikan, ya ak tahu masih perlu banyak belajar membaca dengan benar tapi itu tidak menyurutkan niatku untuk menghafal. Alhamdulillah, 4 ayat cukup bisa ak hafal selama 5 menit yang menurut pengujiku cukup bagus mengingat target mereka adalah bisa menghafal Al Qur’an 30 juz selama 3 bulan. Nah bagian pemahaman agama tentang tauhid hanya ak jawab sekedarnya setauku. Lebih baik mereka menanyakan tentang sesuatu daripada ak harus menyampaikan secara bebas. Tes selesai. Apapun hasilnya itu yang terbaik. Ak tidak terlalu berharap bisa lolos menyadari kemampuanku. Mungkin perlu keajaiban kalaupun ak lolos. Tapi dengan mengikuti seleksi ini ak harap bisa menjadi pintu selanjutnya bagiku untuk menghafal Al Qur’an. Ak sampaikan agar suatu saat ak bisa berkunjung ke pondok mereka dan meminta salah seorang ustadzah untuk menerima setoran hafalanku. Mereka juga berpesan untuk tetap menghafal meski sendiri. Insha Allah..
Muntilan, 18 Januari 2015
Komentar
Posting Komentar